Buletin Edisi Maret 2021

Inside:
ARTICLE
ALLAH INGIN AKU BAHAGIA
COLLEGE NEWS
➨Outing dan Refreshment di Tomohon dan Tondan
➨Mata Kuliah Triwulan IV
STUDENT'S CORNER
➨Student Profile
➨Pengalaman Mengajar MK
➨Kehidupan di Manado dan Tempat Wisata


ALLAH INGIN AKU BAHAGIA
Oleh: Wayne Jackson

(Catatan Redaksi: Semua orang ingin hidup bahagia. Namun seringkali kebahagiaan yang dicari adalah kebahagiaan yang hanya sementara, dan malah kadangkala kepedihan yang didapatkan dan dirasakan. Manusia seharusnya mengejar kebahagiaan yang sejati dan kekal. Kebahagiaan itu hanya didapatkan di dalam Kristus dan Allah. Sebenarnya masih ada di antara orang yang menyebut dirinya Kristen yang belum menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya itu. Mengapa demikian? Salah satu alasannya adalah karena hanya mendefinisikan kebahagiaan sebatas kegembiraan mendapatkan hal-hal yang bersifat jasmani, tidak lebih dari itu, yang bersifat rohani dan kekal. Untuk memahami lebih dalam tentang rahasia bahagia yang sesungguhnya, Anda wajib membaca artikel ini sebab sudah terbuka rahasianya bagi Anda).

Beberapa bagiannya mungkin berbeda, tetapi cerita dasarnya sama, dan menjadi lebih umum seiring berjalannya waktu. Ini adalah episode tragis yang benar-benar membingungkan pikiran keluarga dan teman-teman lama.

Seorang pria Kristen, yang sangat aktif di gereja, bertemu dengan seorang wanita di sebuah toko tempat dia kadang berbelanja. Wanita itu cukup ramah dan mereka memulai persahabatan. Akhirnya, mereka bertukar alamat email dan mulai saling berkirim email. Namun semakin lama pesannya menjadi penuh nafsu.

Suatu hari pria itu memberi tahu istrinya bahwa dia akan meninggalkannya pergi. Dia mengaku telah menemukan "cinta dalam hidupnya", dan telah menikmati "kebahagiaan" yang tak tertandingi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dia percaya Tuhan ingin dia hidup "bahagia", dan hubungan baru ini tampaknya menjadi inti mimpinya. Imoralitas "dibenarkan" dengan rasionalisme "kebahagiaan".

Seorang wanita muda Kristen yang masih duduk di bangku kuliah semakin menjadi tidak puas dengan keluarga dan kehidupan gerejanya. Dia mengeluh bahwa dia gelisah dengan lingkungannya. Dia tidak mampu mengidentifikasi masalahnya dengan tepat, tetapi mengatakan bahwa dia hanya "tidak bahagia" dan merasa bahwa dia harus menjelajahi berbagai jalan hidup dalam usahanya untuk mencapai kepuasan. Atas semua itu, dia berkata, "Tuhan ingin saya bahagia".

Maka dia mengumpulkan beberapa barangnya dan bermigrasi ke kota metropolitan yang terkenal jahat. Orang terakhir yang mendengar tentang dia bahwa dia bekerja di sejumlah tempat pesta pora. Akhirnya dia lenyap sama sekali ke dalam lubang hitam yang diabaikannya secara sembrono, dan tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Apakah dia menemukan "kebahagiaan" yang dicarinya secara tidak bertanggung jawab itu? Seseorang dapat dengan yakin menyatakan bahwa dia tidak pernah menemukannya.

Cerita-cerita aktual di atas (meskipun sedikit diubah dalam beberapa bagiannya) tidak berbeda dengan cerita dalam Lukas 15, dalam perumpamaan Kristus tentang "anak yang hilang". Setelah meminta warisan sebelum waktunya, pemuda itu meninggalkan ayahnya yang penuh kasih dan melakukan perjalanan ke "negeri yang jauh". Dalam cerita ini, "ayah" mewakili Tuhan, sedangkan pemuda yang boros itu mencerminkan pemberontak "berjiwa bebas" yang selalu berada dalam pencarian ilusif untuk mendapatkan "kebahagiaan".

Seperti yang diberitakan dan pelajar Alkitab mengetahuinya, bahwa dia akhirnya mencari makanan di tengah kawanan babi. Di lingkungan barunya yang bau, tidak ada "kebahagiaan". Hanya ketika dia “menyadari dirinya sendiri,” kembali kepada ayahnya, kepuasan yang sejati timbul di dalam hatinya.

Apa yang tidak disadari oleh banyak orang adalah ini: definisi Tuhan tentang "kebahagiaan" bukanlah persepsi umum manusia tentang hal yang banyak dicari dan emosi yang sulit dipahami ini. Dalam "leksikon" (kamus) ilahi yang berhubungan dengan emosi, "kebahagiaan" tidak didasarkan pada tujuan fisik dan materi; dan khususnya tidak dalam hal yang jelas-jelas melanggar kehendak yang diungkapkan Tuhan.

KASUS MUSA

Seseorang perlu sesekali mengingatkan dirinya sendiri tentang bagian yang menggambarkan watak Musa, seorang yang mulia.

“Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah” (Ibrani 11:23-26).

Sebenarnya, Musa meninggalkan "kenikmatan" dan "kesenangan" untuk mengamankan "kebahagiaan" yang sesungguhnya. Betapa indahnya jika setiap orang dapat menemukan rahasia Musa ini.

Istilah "kenikmatan" dan "kesenangan" yang berdampingan ini bukannya tidak penting. Ada ukuran sensasinya dalam banyak peristiwa mengejar kehidupan - bahkan dalam beragam perbuatan dosa. Tapi "kenikmatan/kesenangan" bukanlah "kebahagiaan" dalam arti pokok dari istilah terakhir. Tuhan Allah tidak akan menilai kemabukan, penyalahgunaan narkoba, dan percabulan sama dengan "kebahagiaan". Sungguh itu pandangan yang menghina Sang Pencipta!

KEBAHAGIAAN ILAHI

Ketika kita orang modern berpikir tentang "kebahagiaan," kita sangat santai dalam cara kita menggunakan istilah itu. Seseorang mungkin "bahagia" atas pernikahan putrinya yang akan datang. Yang lainnya “senang” dengan mobil barunya. Banyak yang sangat "bahagia" saat tim olahraga favorit mereka menang. Daftar pencapaian "bahagia" yang sembrono ini tidak ada habisnya. Secara umum, kata sifat dikaitkan dengan beberapa pengalaman paling duniawi dari eksistensi manusia. Tidak heran begitu banyak jiwa yang "tidak bahagia". Mereka bahkan tidak tahu apa kebahagiaan itu!

Istilah "bahagia" ditemukan kira-kira 28 kali dalam Alkitab bahasa Inggris (KJV; ASV). Sebuah survei terhadap nas-nas itu mengungkapkan bahwa kebahagiaan, sebagaimana dipandang oleh Sang Pencipta, selalu berkaitan dengan usaha spiritual. Itu adalah pelayanan kepada Tuhan yang mewujudkan harapan kekal.

Istilah Ibrani yang umum adalah asre. Ini sering digunakan sebagai kata seru kegembiraan, seperti dalam: "Oh, berkah dari," atau "Betapa bahagianya, benar-benar bahagia dia ...."

Ungkapannya terhimpun dari nas-nas seperti ini: “Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN!” (Mazmur 144:15). Berbahagialah orang “yang harapannya pada TUHAN, Allahnya” (Mazmur 146:5). Berbahagialah orang yang mencari dan mendapat hikmat, dan pengertian sejati (Amsal 3:13). Berbahagialah orang yang senantiasa takut (memiliki rasa hormat yang tulus) akan TUHAN, tetapi sebaliknya orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka (Amsal 28:14). “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:1-2).

Dalam bukunya, Mere Christianity, filsuf Inggris C.S. Lewis (1898-1963) mengamati bahwa mencari kebahagiaan di luar Tuhan adalah usaha yang sia-sia. Manusia telah "dirancang" untuk menemukan tujuannya, bahkan kebahagiaannya, yang hanya ada di dalam Penciptanya. Faktanya, Lewis menegaskan, “Tuhan tidak dapat memberi kita kebahagiaan dan kedamaian selain dari diri-Nya, karena memang tidak ada yang lain. Tidak ada hal semacam itu” (54). Kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan (Yesaya 43:7), dan diluar dari usaha yang mendebarkan itu, tidak ada kepuasan nyata dalam keberadaan manusia.

POTRET PERJANJIAN BARU

Dalam Perjanjian Baru, istilah yang menyatakan gagasan kebahagiaan adalah makarios, yang biasanya diterjemahkan "berbahagialah." Kata ini ditemukan sekitar 50 kali dalam dokumen Perjanjian Baru; kata yang mendominasi bagian awal dari "khotbah Kristus di bukit", dan ditemukan secara signifikan dalam kitab Wahyu (1: 3; 14:13; 16:15; 19: 9; 20: 6; 22: 7, 14).

Sarjana Skotlandia, William Barclay, telah memberikan studi yang paling menarik tentang kata ini (I.89). Dia mengatakan bahwa makarios "menggambarkan kegembiraan yang memiliki rahasianya sendiri, kegembiraan yang tenang dan tak tersentuh, dan mandiri, kegembiraan yang sepenuhnya bebas dari semua peluang dan perubahan hidup."

Sebaliknya, hanya “kebahagiaan” manusia yang mengungkapkan karakternya sendiri. Komponen kata Inggris "hap" menunjukkan "kebetulan". Kebahagiaan, seperti yang biasa kita evaluasi istilahnya, adalah hal yang bergantung pada perubahan-perubahan kehidupan. Kebahagiaan berubah sesuai dengan keadaan seseorang; hari ini seseorang mungkin bahagia, tapi besok dia akan sedih.

Pada permulaan "Khotbah di Bukit" yang terkenal itu (Matius 5: 3-12), Yesus mengajarkan bahwa orang yang benar-benar "diberkati" (bahagia) adalah mereka yang mengakui bahwa mereka adalah orang miskin rohani tanpa Tuhan, yang menangisi dosa-dosa mereka, dan mencari pengampunan dari Surga.

Orang-orang yang berbahagia adalah mereka yang dengan patuh tunduk kepada kuasa Ilahi, yang senanitasa lapar dan haus akan kebenaran rohani yang benar-benar memberi kepuasan.

Mereka dengan penuh kasih mengulurkan belas kasihan kepada orang lain, sama seperti mereka telah menerimanya dari Tuhan. Mereka dengan senang hati mempertahankan motif murni (tidak bercampur) yang berfokus pada Tuhan; mereka berjuang untuk hidup damai dengan Pencipta mereka dan orang lain.

Ini sangat berdedikasi secara spiritual sehingga bahkan penganiayaan tidak dapat memadamkan sukacita mereka. Seseorang tidak bisa melupakan Paulus dan Silas, yang menyanyikan pujian/berdoa kepada Tuhan - bahkan dengan punggung yang terluka dan berdarah di penjara bawah tanah Filipi (Kisah Para Rasul 16: 23-25).

KESIMPULAN

Betapa sangat bodohnya kita ketika membiarkan diri kita dibujuk dari kesalehan oleh emosi temporal dan sangat dangkal lewat fatamorgana yang akan terbukti tidak lebih dari ilusi kejam dalam tatanan hal-hal kekal.

Sebagai orang Kristen yang taat, kita perlu berdoa agar kita tidak masuk ke dalam pencobaan seperti itu (Lukas 22:40). Pada kenyataannya, semua itu jauh lebih umum daripada yang kita sadari, dan menjadi lebih umum di dunia yang semakin kasar. (Alih Bahasa: Harun Tamale)

Sumber: Jackson, Wayne. "God Wants Me To Be Happy." ChristianCourier.com.  https://www.christiancourier.com/articles/1270-god-wants-me-to-be-happy




COLLEGE NEWS (Timbul MTS)

Outing dan Refreshment di Tomohon dan Tondano
Puji Tuhan, triwulan Januari-Maret baru saja berakhir. Mahasiswa/mahasiswi melakukan tanggungjawab dengan baik. Masa interval kami manfaatkan untuk mengadakan liburan bersama di daerah Tomohon dan Tondano menikmati panorama alam taman bunga di Kaisanti dan juga danau belerang di danau Linow serta taman Benteng Tondano. Semua menikmati kebersamaan yang indah dan penuh dengan rasa persaudaraan ini.

Mata Kuliah Triwulan IV

Mata kuliah dan instruktor triwulan IV (April – Juni 2021):

Tahun I
1. Kitab Injil Yohanes (Timbul MT Sirait)
2. Sejarah Gereja (Alex Daniel)
3. Surat Penggembalaan (Jon Ropelemba)
4. Sejarah Ibrani [Daring] (Harun Tamale)
5. PAK (Hendrik M)
6. English (Likelke H)

Tahun III
1. Manajemen Pelayanan Kristen (Carolus P)
2. Tugas Akhir (Timbul MTS)
3. Arkeologi Alkitab (Alex Daniel)
4. Intertestament (Jon Ropelemba)


STUDENT’S CORNER

Student Profile
Nama : Yarman Gulo
TTL : Dao-Dao Sowo, 15 Mei 1999
Asal : Nias
Hobi : Jogging, tennis meja, bulutangkis, bola voll, bola kaki, dll.
Motto : Belajar dari kegagalan adalah hal yang bijak.
Jemaat Asal: GSJKDI Hilifaondrato

Pengalaman Mengajar MK

Sebelum saya mengajar MK, awalnya saya takut dan gemetar bahkan bertemu dengan orang-orang di Desa Sawangan ini lebih susah. Setelah beberapa hari kemudian, saya berusaha untuk memberanikan diri keluar mencari prospek Injil dan akhirnya bertemu dengan prospek. Walaupun awalnya saya agak susah mencari prospek, tetapi setelah membuat MP (Membuat Perjanjian), saat itulah mulai mengajar MK (Mencari Kebenaran)-1, ditambah lagi bertemu dengan prospek yang malu-malu juga, namun kebetulan prospeknya cewek. Singkat cerita, saya mulai mengajar MK-1 dan yang lucu, prospek ini tidak tahu membedakan PL (Perjanjian Lama) dan PB (Perjanjian Baru). Bahkan lebih lucunya lagi dan membuat ketawa, ketika saya meminta prospek ini membuka kitab Kisah Para Rasul, malah dengan polosnya dia bukannya membuka di Perjanjian Baru, tapi di Perjanjian Lama. Lalu setelah kami selesai belajar MK-1, saya mencoba menggunakan teknik lain untuk membantu prospek ini mengetahui cara yang lebih mudah membuka Alkitab dan membedakan PL dan PB. Tetapi hal terpenting sebelum mengajarkan MK, saya mempersiapkan pelajaran terlebih dulu, karena kadang-kadang ada prospek yang pintar. Itulah sekilas pengalaman saya dalam mengajarkan MK. Saya sudah melaluinya dalam suka dan duka dengan senang hati. (Yarman Gulo)

Kehidupan di Manado dan Tempat Wisata

Saat awal saya datang ke kota Manado, khususnya di Desa Sawangan Jaga IV Kecamatan Tombulu, Minahasa, tentu saya masih belum mengenal masyarakat di Sawangan ini dan lingkungannya pun belum saya ketahui. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya mulai mengenal orang-orangnya dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, khususnya para tetangga.

Setelah satu bulan berada di Sawangan Jaga IV ini, saya baru berani ke swalayan Indomaret, dan Indomaret di Sawangan Jaga IV ini jaraknya sedikit jauh dan melewati tanjakan. Hal inilah yang pada awalnya membuat saya tidak mau berjalan kaki ke Indomaret, tetapi lambat laun saya mulai terbiasa hidup di tempat ini dan biaya hidup cukup mahal. Kemudian di Manado ini kita harus terbiasa dengan budaya mereka, saling menyapa dan bersikap ramah meskipun kita tidak kenal siapa orangnya. Jadi ketika kita berjalan keluar kampus, kita harus menyapa orang lain dengan ramah.

Setelah tiga bulan, para dosen mengajak kami semua mahasiswa/i untuk jalan-jalan ke sejumlah tempat tujuan wisata di Tomohon dan Tondano: Puncak Kaisanti, Danau Tondano dan Danau Linow. Yang pasti, selama perjalanan wisata ke Puncak Kaisanti, Danau Tondano dan Danau Linow, sambil melihat-lihat objek wisata disana, kami semua menikmatinya dan merasa senang! (Sunia Ndruru)

Related Posts